Memang jika kita baca hanya potongan nyatanya saja, maka jelas sekali akan terkesan bahwa permohonan Abraham kepada Allah akan keberadaan anaknya yang pertama Ismail, ditolak oleh Allah. Dalam brosur berwajah Islam yang mereka edarkan hampir di seluruh pelosok tanah air yang berjudul �Iman dan taat kepada Shirataathal Mustaqiim� dengan sengaja mereka memuat hanya potongan ayat Alkitab saja, agar terkesan bahwa leluhur keturunan nabi kita Muhammad Saw tidak diterima, ditolak oleh Allah.
Kami kutip kembali potongan ayat Alkitab dalam brosur berwajah Islam yang disengaja dan direkayas agar terkesan bahwa Ismael (leluhurnya nabi Muhammad) ditolak keberadaannya oleh Allah.
�Ah sekiranya Ismael diperkenaankan kepada hidup dihadapanMu! Tetapi Elohim berfirman: Tidak�(Kej 17:18-19)
itulah salah satu bentuk kecurangan mereka yang benar-benar disengaja agarr terlihat bahwa keturunan Abraham melalui Hagar, tidak direstui bahkan ditolak mentah-mentah oleh Allah. Tetapi kalau kita jeli dan teliti membaca dalam Alkitab jalan ceritanya tidak demikian! Tidak ada penolakan Allah akan keberadaan Ismael (leluhurnya Muhammad Saw) dan tidak ada penolakan Allah akan permohonan Abraham tentang anaknya Ismael! Selaki lagi tidak ada! Jalan ceritanya dalam Alkitab yang kami kutip apa adanya secara utuh dibawah ini:
�Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: �Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberikatinya, dan daripadanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.� Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya : �Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara yang telah berumur 90 tahun itu melahirkan seorang anak?� dan Abraham berkata kepada Allah : �Ah, sekiranya Ismail diperkenankan hidup di hadapan-Mu!� tetapi Allah berfirman: �Tidak, melainkan istrimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan kau akan menamai dia Ishak, dan aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. (Kej 17:15-19)
Setelah kita baca secara utuh ayat-ayat Alkitab di atas itu, jelas sekali bahwa Allah sama sekali tidak menolak akan permohonan dari nabi Ibrahim kepada-Nya dan demikian juga akan keberadaan Ismail benar-benar tidak ditolak Allah. Maka makna sesungguhnya dari jalan cerita ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut :
Pada saat itu Sara, istri Abraham yang pertama tidak punya anak. Untuk itu Allah berjanji melalui Abraham bahwa dia akan tetap memberikan keturunan seorang anak kepada Sara walaupun umur Sara sudah sembilan puluh tahun dan Abrahan sudah seratus tahun.
Sebagai manusia biasa, dan dalam hati Abraham merasa kurang yakin pakah bisa memperoleh anak yang usianya kakek-kakek dan tua renta seratus tahun, sementara istrinya Sara nenek berumur sembilan puluh tahun.
Karena pada saat itu Abraham sudah punya anak laki-laki yang bernama Ismail maka atas keraguannya karena merasa tidak mungkin bisa memperoleh anak dalam usia yang sudah sangat tua, dia berkata kepada Allah bahwa biarlah, kan dia sudah punya anak Ismail. Tetapi Allah tetap akan memberikan anak walaupun umur mereka sudah tua. Dan terbukti Sara mengandung dan melahirkan seorang anak yang bernama Ishak.
Nah, dari jalan cerita tersebut, jelas sekali bahwa Allah tidak menolak keberadaan Ismail, tetapi Allah tetap bersikeras akan memberikan seorang anak kepada Sara dan Abraham walaupun mereka sudah lanjut usia.
Tetapi kerana hanya potongan ayat yang mereka tampilkan dalam brosur mereka, maka terkesan seolah-olah permohonan Abraham benar0benar ditolak oleh Allah.
Kalau kita baca ayat-ayat Alkitab tadi dalam versi terjemahan bahasa Indonesia 1941 ternyata sudah dirobah sedemikian rupa pada Alkitab tahun 1941 ini, tidak ada kata-kata permohonan Abraham dengan kata �Ah� pada ayat 18 dan penolakan Allah dalam kata �Tidak� pada ayat ke-19. Perhatikan bunyi ayat-ayat di bawah ini, dibandingkan dengan bunyi ayat Alkitab terbitan tahun yang baru, seperti yang kami kutip duluan tadi, kita akan temukan perbedaan yang mencolok akan perobahan yang terjadi pada ayat-ayat tersebut :
Kejajian 17:15-19 (ejaan lama terbitan 1941) berbunyi
(15) Dan lagi firman Allah kepada Ibrahim, maka akan hal Sarai, istrimoe itoe djangan lagi engkau panggil namanja Sarai, melainkan Sara itoelah akan namanja.
(16) Karena akoe akan memberi berkat kepadanja serta daripadanja djoega akoe akan menganoegerahkan se�orang anak laki-laki kepadamoe; bahkan akoe akan memberi berkat kepadanja, sehingga ija akan djadi asal beberapa bangsapon akan berpentjaran dan daripadanja.
(17) Maka pada masa itoe soedjoedlah Ibrahim dengan moekanja sampai ka boemi sambil tertawa, lalu berkata ija dalam hatinja : �Bolehkah djadi kanak-kanak bagai sa�orang jang soedah seratoes tahoen oemoernja? Bolihkan Sara jang soedah sambilan poeloeh tahoen oemoernja itoe lagi beranak?
(18) Maka sembah Ibrahim kepada Allah : �ja Toehan, bijar apalah Ismail sahadja hidoep di hadapan hadiratMoe.
(19) Maka firjman Allah, bahwa sasoenggoehnja Sarah, istrimoe itoe, beranak kelak bagaimoe laki-laki sa�orang, hendaklah engkau namai akan dia Ishak; maka Akoe akan menegoehkan perdjandjiankoe dengan dia, ija-toe soeatoe pardjandjian jang kekal, serta dengan anak-boeahnja jang kemoedian dari-padanja.
Setelah kita membaca dan membandingkan ayat-ayat Alkitab versi baru dan versi lama, maka sangatlah jelas bahwa setiap Alkitab dicetak ulang, selalu mengalami perobahan-perobahan yang sangat berarti.
Perobahan pada ayat-ayat yang berhubungan dengan Ismail sebagai leluhurnya nabi kita Muhammad Saw tersebut, akan sangat mempengaruhi pemahaman bagi umat Kristiani untuk mendiskreditkan umat Islam, apalagi jika ayat-ayatnya sengaja dipotong-potong.
Jika Allah dalam Alkitab punya sifat lemah seperti kita manusia yang suka membedakan seseorang satu dengan lainnya, tentulah dia bukanlah Allah yang sepatutnya kita puji dan sembah setiap hari.
Menrut pandangan Islam, Allah berlaku adil terhadap semua hamba-hamba-Nya. Jadi tuduhan sebagian umat Kristen terhadap leluhurnya nabi Muhammad Saw (Ismail dan ibunya Siti Hajar) sama sekali tidak beralasan.