Menurut O. Culmann, Lukas adalah pencatat berita, dan
menurut R.P. Kannengiesser, Lukas adalah penulis roman.
Lukas menulis dalam Pendahuluan Injilnya, bahwa banyak
orang lain menulis riwayat Nabi Isa, maka ia akan
menulis riwayat tentang kejadian-kejadian yang sama
dengan mempergunakan hikayat dan informasi dari
saksi-saksi mata (ini secara tidak langsung berarti
bahwa Lukas bukan saksi mata) dan informasi-informasi
yang datang dari ceramah-ceramah para rasul. Dengan
begitu maka yang ia sajikan dengan syarat-syarat
tersebut adalah suatu karya yang tersusun menurut
metode:
Pendahuluan:
1. Sedangkan banyak orang sudah mencoba mengarang
hikayat dari hal segala perkara yang menjadi yakin
di antara kita.
2. Sebagaimana yang diserahkan kepada kita oleh orang,
yang dari mulanya melihat dengan matanya sendiri dan
menjadi pengajar Injil itu.
3. Maka tampaknya baik kepadakupun, yang telah
menyelidiki segala perkara itu dengan betul-betul dari
asalnya, menyuratkan bagimu dengan peraturannya, hai
Teopilus yang mulia.
4. Supaya engkau dapat mengetahui kesungguhan segala
sesuatu yang diajarkan kepadamu.
Dari baris-baris pertama kita sudah dapat merasakan
perbedaan antara Lukas dengan Markus, seorang penulis
yang kurang mahir yang bukunya telah kita bicarakan.
Injil Lukas adalah suatu karya sastra yang tak dapat
dipungkiri, tertulis dalam bahasa Yunani yang murni.
Lukas adalah seorang kafir yang terpelajar dan kemudian
memeluk agama Kristen. Orientasinya terhadap orang
Yahudi nampak sekali. Seperti yang dikatakan oleh
Culmann, Lukas tidak mengutip kembali ayat-ayat yang
berbau Yahudi dalam Injil Markus, dan menonjolkan
kata-kata Yesus terhadap ketidak imannya orang-orang
Yahudi, serta menonjolkan pula hubungannya yang baik
dengan orang-orang Samaritan yang tidak disukai oleh
orang-orang Yahudi, sedangkan Matius, seperti yang
telah kita lihat, melukiskan bahwa Yesus minta kepada
para sahabatnya untuk menjauhkan diri dari orang
Yahudi. Ini adalah satu daripada beberapa contoh bahwa
para penulis Injil dengan melukiskan Yesus mengatakan
hal-hal yang sesuai dengan selera pribadi mereka.
Mereka itu meriwayatkan kata-kata Yesus dengan versi
yang dipilih menurut pandangan kelompok mereka.
Bagaimana kita dapat mengingkari bahwa Injil adalah:
"bukuperjuangan" atau "buku mengenai suasana tertentu"
seperti yang telah kita katakan? Perbandingan antara
susunan umum Injil Lukas dengan susunan umum Injil
Matius memberi bukti tentang hal tersebut.
Siapakah Lukas itu? Orang ingin mengidentifikasikan
Lukas dengan seorang tabib dengan nama yang sama, yaitu
yang disebut oleh Paulus dalam surat-suratnya.
Terjemahan Ekumenik mengatakan bahwa "banyak orang yang
mendapatkan konfirmasi mengenai pekerjaan Lukas
pengarang Injil sebagai seorang tabib dalam
kepandaiannya untuk mendiagnosa orang sakit."
Keterangan ini adalah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Lukas tidak pernah memperoleh keterangan tentang
penyakit "kata-kata yang ia pakai adalah kata
orang-orang terpelajar pada zaman itu." Memang ada
seorang bernama Lukas yang menjadi teman perjalanan
Paulus. Apakah orang itu Lukas Pengarang Injil? Inilah
yang dikira-kirakan oleh O.Culmann.
Tahun ditulisnya Injil Lukas dapat dikira-kira menurut
beberapa faktor. Lukas telah mempergunakan Injil Markus
dan Injil Matius. Kita membaca dalam Terjemahan
Ekumenik sebagai berikut: "nampaknya ia tahu tempat
kota Yerusalem serta reruntuhannya yang disebabkan oleh
tentara Titus pada tahun 70. Dengan begitu maka Injil
Lukas telah ditulis sesudah itu. Ahli-ahli kritik
sekarang berpendapat bahwa Injil Lukas ditulis sekitar
tahun 80-90; tetapi ada juga yang mengatakan tahun
sebelum itu.
Bermacam-macam Hikayat dalam Injil Lukas menunjukkan
perbedaan besar dengan Injil-Injil sebelumnya. Di atas
kita telah memberikan gambaran singkat. Terjemahan
Ekumenik telah membicarakannya pada halaman 181 dan
selanjutnya O. Culmann dalam karangannya: "Perjanjian
Baru," halaman 18 memuat hikayat-hikayat Injil Lukas
yang tidak terdapat dalam Injil-Injil lain. Hal ini
tidak mengenai perincian.
Hikayat tentang masa kanak-kanak Yesus dalam Injil
Lukas adalah hanya terdapat dalam Injil Lukas. Matius
memberikan riwayat yang berbeda, sedangkan Markus tidak
memuatnya sama sekali.
Matius dan Lukas memberi silsilah keturunan Yesus yang
berbeda-beda. Ada kontradiksi penting, kekeliruan yang
sangat besar dari segi ilmiah sehingga perlu dibahas
dalam bab khusus. Kita dapat mengerti bila Matius yang
menghadapi orang-orang Yahudi, menyebutkan silsilah
keturunan Yesus dan dimulai dengan Nabi Ibrahim sampai
Nabi Daud. Kita dapat memahami pula jika Lukas seorang
yang mula-mula kafir kemudian memeluk agama Kristen,
memberikan silsilah keturunan sampai yang lebih tinggi.
Akan tetapi kita akan menemukan bahwa bermula dengan
Nabi Daud silsilah-silsilah keturunan itu
berkontradiksi.
Tugas kenabian Yesus diriwayatkan oleh Lukas, Matius
dan Markus secara berbeda-beda dalam beberapa hal.
Suatu kejadian yang sangat penting bagi umat Kristen,
yaitu lembaga Ekaristi;15 diriwayatkan secara berbeda
oleh Lukas di satu pihak dan oleh Matius dan Markus di
pihak yang lain. R.P. Rouguet menulis dalam bukunya,
Pengantar kepada Injil (Initiation a l'Evangile),
halaman 75 bahwa kata-kata Yesus yang menjadi dasar
kelembagaan Ekaristi diriwayatkan oleh Lukas (22,
19-24) dalam bentuk yang sangat berbeda dengan riwayat
Matius (26, 26-29) dan riwayat Markus (14, 22-24).
Kedua yang terakhir ini boleh dikatakan sama atau
identik. Sebaliknya susunan yang diriwayatkan oleh
Lukas sangat mirip dengan susunan Paulus (surat pertama
kepada orang Korintus 11, 23-25).
Sebagaimana orang mengetahui, Lukas dalam Injilnya
meriwayatkan Kenaikan Al Masih dalam susunan yang
berkontradiksi dengan riwayat yang terdapat dalam
fasal-fasal Perbuatan-perbuatan para Rasul-rasul yang
merupakan bagian penting daripada Perjanjian Baru dan
yang Lukas sendiri dianggap sebagai penulisnya. Dalam
Injilnya, Lukas mengatakan bahwa kenaikan Al Masih itu
terjadi pada hari Paskah, sedang dalam: Kisah Perbuatan
Para Rasul, Lukas mengatakan bahwa kenaikan Al Masih
terjadi 40 hari sesudah Paskah.16 Kontradiksi ini telah
mendorong para ahli tafsir Injil untuk memberi
tafsiran-tafsiran yang ajaib.
Akan tetapi ahli tafsir yang mementingkan obyektifitas
seperti penulis-penulis Terjemahan Ekumenik terhadap
Bibel, terpaksa mengakui, dalam suatu rangka yang umum
bahwa: "Bagi Lukas, perhatian pertama bukan untuk
meriwayatkan kejadian secara tepat dalam arti ketepatan
material." R.P. Kannengiesser membandingkan riwayat
yang terdapat dalam: "Kisah Perbuatan Para Rasul" yang
juga karangan Lukas, dengan riwayat tentang kejadian
yang sama yang diberikan oleh Paulus. R.P.
Kannengiesser menulis: "Di antara empat pengarang
Injil, Lukas adalah yang paling berperasaan dan yang
paling sastrawan. Ia menunjukkan semua sifat-sifat
penulis roman."
Bukti Tuhan Itu Ada | Antara Iman, Akal + Rasio Logika Dan |
| Tanya Apakah Jesus Mengajarkan Trinitas ? | Sosok Isa Dalam Perdebatan | Allah Itu Satu, Bukan Tiga. |